SUARASEMARANG - Mulai hari ini Selasa 2 Agustus 2022, Tempat Ibadah (Masjid, Mushola, Gereja, Pura, Vihara, Jadwal Liga 2 musim 2022 direncanakan akan dimulai pada 27 Agustus 2022 mendatang namun PT LIB belum memaparkan format kompetisi . Olahraga | 09:22 WIB JNE Gandeng Hotman Paris Bakal Somasi Pihak yang Fitnah Terkait Beras Bansos
im back pastiu listeners! here's the recording of my khotbah pertama di GPIB Immanuel Semarang (Gereja Blenduk, Kota Lama), i wanna keep this memory here. this is my first time khotbah di mimbar besar GPIB, i believe it's only by God's grace. it was June 2019 when me and mami went to this church,
DariWikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas Langsung ke: navigasi, cari Gereja Blenduk di tahun 1930-an Gereja Blenduk di tahu
Vay Nhanh Fast Money. Gereja Blenduk, bukan sekedar tempat ibadah saja. Namun, Gereja Blenduk merupakan cagar budaya dengan nama Situs Gereja Blenduk. gereja blenduk kota lama semarang. google maps. sumber Merujuk kepada Kemeterian Pendidikan dan Kebudayaan Direktorat Jenderal Kebudayaan, bahwa pengertian Cagar Budaya adalah Warisan Budaya Bersifat Kebendaan, atau yang biasa disebut bersifat Tangible. Dengan demikian, Gereja Blenduk bukan hanya sekedar tempat untuk beribadah saja, tetapi menjadi salah-satu wisata sejarah di Semarang. gereja blenduk, gereja pertama di kota lama. google maps. sumber Lalu apa saja daya tarik dari Gereja Blenduk tersebut? Maka inilah review Gereja Blenduk yang telah kami himpun dari berbagai sumber. Daya Tarik Gereja Blenduk Gereja Blenduk, atau disebut juga GPIB Immanuel, memiliki daya tarik sebagai berikut 1. Lokasi Gereja Blenduk Daya tarik yang pertama dari Gereja Blenduk adalah lokasinya yang berada di kawasan Kota lama Semarang, Jawa tengah. Kota Lama merupakan kawasan yang didirikan di jaman VOC, serta menjadi pusat pemerintahan pada saat itu. Bahkan sebagian sumber menyatakan bahwa, Kota Lama menjadi salah-satu awal peradaban Kota Semarang. Kota Lama saat itu menjadi pusat kota, dan pusat perdagangan. Dan saat ini, kawasan Kota lama menjadi destinasi wisata sejarah di Semarang. kota lama semarang jawa tengah. google maps. sumber Karena saat itu sebagai pusat kota, maka tempat ibadah adalah hal yang pasti dibangun di kawasan tersebut. Terbukti, Gereja Blenduk menjadi gereja pertama yang dibangun di Kota Lama. Lokasi Gereja Blenduk berada di kawasan Kota Lama, sehingga para pengunjung yang datang ke kawasantersebut akan merasakan sensasi hidup di masa kolonial. Bangunan-bangunan yang ada di Kota Lama masih berupa arsitektur jaman dahulu. Bahkan kawasan tersebut memiliki nama sebagai Litle Netherlands. 2. Arsitektur Gereja Blenduk Daya tarik yang selanjutnya dari Gereja Blenduk adalah arsitektur bangunannya yang megah, artistik, serta sebagian besar properti yang ada di dalamnya masih terjaga secara baik dari jaman dahulu. arsitektur gereja blenduk. google maps. sumber Dan inilah beberapa keunggulan arsitektur Gereja Blenduk Gereja Blenduk memilikiluas 400 meter persegi Gereja Blenduk memiliki arsitektur khas Eropa Klasik Kubah Gereja Blenduk khas arsitektur Neo Klasik Bentuk bangunan Gereja Blenduk berbentuk octagonal. Yaitu berbentuk segi delapan beraturan, dengan ruang induk yang berada di tengah – tengahnya. Sebagian besar properti di dalam Gereja Blenduk masih terjaga baik dari jaman dahulu Orgel yang berusia ratusan tahun Sejarah Singkat Gereja Blenduk Saat ini, Gereja Blenduk memiliki fungsi sebagai tempat beribahadah, serta bangunan yang berstatus sebagai cagar budaya. sejarah gereja blenduk. google maps. sumber Dan inilah tahapan sejarah Gereja Blenduk dari masa ke masa 1. Fase Pertama Gereja Blenduk Gereja Blenduk pertamakali dibangun pada tahun 1740. Namun baru tahun 1753, Gereja Blenduk difungsikan untuk pelayanan. Pada mulanya, Gereja Blenduk memiliki arsitektur rumah panggung khas Jawa, begitupun dengan konsep pembangunan atapnya. 2. Fase ke Dua Gereja Blenduk Fase ke dua Gereja Blenduk, tepatnya di tahun 1787. Pada fase ini, yang tadinya arsitektur Gereja Blenduk berupa rumah panggung Jawa, pada tahun tersebut dirombak total. 3. Fase Ke Tiga Gereja Blenduk Fase sejarah selanjutnya dari Gereja Blenduk yaitu pada tahun 1894. Pada tahun inilah menjadi awal berdirinya dua menara yang ada di Gereja Blenduk. 4. Gereja Blenduk Di Masa Penjajahan Jepang Pada masa penjajahan tentara Jepang, Gereja Blenduk beralih fungsi dan kegunaan, dari yang semula sebagai tempat beribadah, menjadi gudang penyimpanan senjata. 5. Gereja Blenduk Pasca Penjajahan Pada tahun 1948, Gereja Blenduk beralih pelayanannya menjadi di bawah GPIB Immanuel. Lokasi Gereja Blenduk GPIB Immanuel Semarang sangat mudah dijangkau, apalagi lokasinya begitu terkenal yaitu Kota Lama. Tepatnya berada di Jalan Letjen Suprapto Tanjung Mas, Semarang Utara, Kota Semarang. suasana malam di kawasan sekitar. google maps. sumber Bagi pengunjung yang ingin menuju ke Gereja Blenduk dari Ungaran, dapat menggunakan transportasi umum. Pengunjung dapat menaiki bus bernomor 2 dari Terminal Ungaran hingga Setiabudi, di lanjutkan menggunakan Bus C10 dari Terminal bus Rejomulyo. Pengunjung bisa turun di Halte yang ada di Jl. 514, kemudian melanjutkan perjalanan dengan berjalan kaki, kurang lebih 10 menit. Simak juga Pantai Tanjung Bastian, sdi Pantai Utara Timor Jam Buka Gereja Blenduk Wisatawan dapat masuk dan berwisata di dalam Gereja setiap hari. Asalkan tidak ada acara peribadatan. Gereja buka setiap hari, mulai jam hingga jam Tiket Gereja Blenduk Untuk menikmati keindahan tinggalan sejarah masa kolonial di Gereja Blenduk, pengunjung dikenakan tiket masuk sebesar Rp Fasilitas Gereja Blenduk Sehubungan dengan lokasinya yang sangat strategis, tentu saja terdapat banyak fasilitas pendukung di sekitar, salah satunya seperti rumah makan ataupun penginapan. Semua nya sangat mudah dijumpai. Mulai dari tempat makan hingga tempat menginap hotel berbintang.
- Gereja Blenduk adalah gereja tertua di Jawa Tengah yang menjadi bangunan bersejarah sarat dengan benda-benda berusia lebih dari 200 tahun. Gereja Protestan Indonesia Barat GPIB Immanuel Semarang tersebut berada di Jalan Letjen Suprapto Nomor 32 Semarang, tepatnya berada di kasawan Kota Lama Semarang. Pada tahun 1705, kawasan tersebut sempat menjadi pusat Pemerintahaan Kolonial Belanda di Semarang dan dikenal dengan nama Belanda Kecil atau Little Netherland. Kala itu, Semarang menjadi pelabuhan penting bagi pemerintahan kolonial. Baca juga Sejarah Gereja Blenduk, Salah Satu Ikon Kota Lama Semarang Berawal dari rumah panggung arsitektur Jawa Bangunan gereja yang dikenal dengan nama Gereja Blenduk berawal dari rumah panggung berasitektur Jawa yang didirikan tahun 1753. Hal tersebut bisa terlihat di inkripsi tulisan yang tertera di salah satu baguan gereja yang berwarna putih polos tersebut. Lalu pada tahun 1787 hingga 1794, dilakukan perubahan struktur bangunan mengikuti pola arsitektur gereja-gereja Protestan di Eropa. Baca juga Gema Kidung Natal Berbahasa Madura di Gereja Sumberpakem Jember BARRY KUSUMA Gereja Blenduk di Kota Semarang, Jawa sentuhan gaya Barok dan Renaisans yang sedang berkembang saat itu. Bangunan utama berbentuk segi delapan atau oktagonal didirikan di atas lahan seluas 400 meter persegi. Dikutip dari arsitek dari Fakultas Teknik Universitas Diponegoro Semarang Moedjiono pernah melakukan penelitian terhadap bangunan bersejarah itu. Ia mengatakan desain arsitektur oktagonal mencerminkan delapan penjuru mata angin. Terdapat tambahan transep pada empat penjuru yaitu bagian barat, selatan, utara, dan timur. Transep merupakan bangunan transisi antara bagian luar dan dalam gereja berbentuk bilik atau kamar. Baca juga Banyak Jemaat Ikut Misa Natal, Katedral Ambon Sediakan Tenda di Depan Gereja Keempat transep pada Gereja Immanuel Semarang ini diperuntukkan bagi beberapa pemanfaatan. Seperti transep barat salah satunya difungsikan sebagai konsistori atau kamar khusus pendeta sebelum memimpin kebaktian. Tepat di depan kamar pada transep barat ini terdapat mimbar khotbah terbuat dari kayu jati berbentuk oktagonal setinggi 5 meter. Pada mimbar khotbah ini juga terdapat sebuah Alkitab terbitan 1748. Sementara Transep timur difungsikan sebagai akses menuju balkon jemaat dengan tambahan anak tangga. Baca juga Misa di Gereja Katedral Semarang Terapkan Prokes Ketat, Jemaat Diberi Kartu Khusus / KRISTIANTO PURNOMO - FIKRIA HIDAYAT Gereja Blenduk, gereja tertua di Jawa Tengah yang menjadi salah satu ikon Kota Lama Semarang difoto dari udara, Minggu 29/6/2014.Transep utara digunakan sebagai balkon untuk menempatkan seperangkat orgel. Alat musik orgel dari era Renaisans ini terdiri dari ratusan tabung besi beragam ukuran berwarna perak dan merupakan organ pipa yang didesain oleh P Farwangler dan Hummer, seniman orgel asal Belanda. Ada juga sebuah tangga besi tempa berulir warna hitam dengan motif ukiran yang dibawa langsung dari pabriknya di Den Haag Belanda menjadi akses menuju ruang orgel. Baca juga Pemuda Muslim Jaga Ibadah Natal Sejumlah Gereja di Ambon Transep terakhir, yaitu bagian selatan dengan desain memanjang digunakan sebagai akses jemaat memasuki ruang kebaktian. Pada transep selatan ini juga dibangun pintu masuk utama dengan maksud untuk menghindari terpaan sinar matahari langsung dari arah timur. Moedjiono menjelaskan, jika dilihat dari udara, maka denah gereja akan membentuk pola seperti salib Yunani dengan ruang kebaktian sebagai titik sentral dari transep. Baca juga Gereja Kotabaru Yogyakarta Larang Umat Bawa Tas Ransel Saat Misa Natal Disebut terinspirasi dari Gereja St Paul di London BARRY KUSUMA Gereja Blenduk di Kota Semarang, Jawa Moedjiono berbeda dengan yang disebutkan buku Facade Semarang-Solo-Yogyakarta. Buku itu menyebutkan bahwa desain Gereja Immanuel Semarang terinspirasi pada Gereja St Paul di London karya Sir Christopher Wren. Kala itu, di masa tahun 1894-1895 Pemerintah Kolonial Belanda menugaskan dua arsitek mereka, yakni HPA de Wilde dan W Westmaas, untuk merenovasi bangunan gereja. Kedua arsitek menambahkan struktur baru berupa menara kembar yang dilengkapi jam besar di masing-masing menara. Baca juga Ridwan Kamil Salurkan Kredit Mesra untuk Jemaat Gereja Jelang Misa Natal Pada pucuk menara dibuat rumah-rumahan untuk menempatkan lonceng besar buatan pabrik JW Steegler tahun 1703. Menara kembar ini mengapit bangunan utama. Saat itu, Gereja Immanuel dikenal dengan nama Koepel Kerk Gereja Kembar dan Hervorm de Kerk Gereja Dibangun Ulang. Wilde dan Westmaas juga menambahkan struktur teras pintu masuk utama dengan kanopi beton mengapit menara kembar. Kanopi setinggi 10 meter tadi disangga oleh empat pilar besar. Mereka juga membangun kubah terbuat dari perunggu warna kemerah-merahan pada bangunan utama yang ditopang oleh delapan bilah besi besar dan 24 besi berukuran lebih kecil. Baca juga Usung Tema Ramah Lingkungan, Ornamen Natal Gereja Kotabaru Dibuat dengan Janur Kuning Di pucuk kubah dibangun tangkup berbentuk rumah-rumahan dengan atap segi enam. Kubah tadi tampak menggembung dan posisinya memayungi ruang utama gereja. Bentuk kubah menggembung ini atau mblenduk dalam bahasa Jawa kemudian menjadi ciri khas Gereja Immanuel. Oleh masyarakat setempat rumah ibadah ini kemudian dikenal sebagai Gereja Blenduk. Sarat benda-benda bersejarah Irzal Adiakurnia Gereja Blenduk, salah satu bangunan cagar budaya yang ada di Kota Lama Semarang. Bangunan ini selain sebagai salah satu wisata sejarah, juga masih beroprasi sebagai tempat GPIB Immanuel Sutiyo mengatakan, setiap menjelang perayaan Natal 25 Desember, gereja tertua di Jawa Tengah dengan daya tampung 400 orang ini selalu dipadati jemaat yang akan melakukan kebaktian. Mereka tak hanya datang dari seputar Semarang atau Jawa Tengah, tapi dari kota-kota lain di Pulau Jawa. Tak sekadar beribadah, mereka juga mengagumi peninggalan sejarah yang masih terawat dengan baik di Gereja Blenduk ini. Baca juga Gereja Immanuel Jakarta Pusat, Tempat Ibadah sejak Zaman Belanda dengan Koleksi Berusia Ratusan Tahun Selain kehadiran orgel berusia lebih dari 200 tahun setinggi 6 meter, Gereja Blenduk juga memiliki kursi kebaktian yang tak biasa. Jika umumnya kursi pada gereja berbentuk memanjang dengan meja kayu sebagai sandaran tangan, di rumah ibadah ini tempat duduknya berupa deretan kursi tunggal kayu jati warna cokelat tua dengan sandaran punggung dan dudukan dari anyaman rotan. Susunan kursi jati ini melingkar dengan kursi berdesain rendah berada di bagian depan dan ukuran lebih tinggi di belakangnya. Baca juga Misa Natal di Gereja HKTY Ganjuran, Umat Diimbau Tidak Membawa Tas Besar DOK. Dinas Pariwisata Kota Semarang Kota Lama, Semarang DOK. Dinas Pariwisata Kota SemarangSeperti juga orgel, kursi kayu ini dibuat di Belanda pada 2 abad lalu. Di bagian tengah ruang kebaktian juga terdapat gantungan lampu besar yang diikat ke bagian puncak kubah dengan rantai besi. Dulunya, gantungan lampu antik bersusun ganda ini bisa dinaikturunkan menggunakan katrol. Sebanyak 16 lampu bohlam listrik telah menggantikan fungsi lilin untuk penerangannya. Di samping itu, lantai tegel corak hitam, kuning dan putih pada ruang kebaktian juga masih dipertahankan bentuk aslinya. Baca juga Misa di Gereja Katedral Semarang Terapkan Prokes Ketat, Jemaat Diberi Kartu Khusus Ornamen penting lain yang menambah kekaguman jemaat serta pengunjung ketika memasuki bangunan tempo dulu ini adalah ventilasi berupa jendela-jendela lengkung model Romawi kuno dengan susunan kaca patri bergaya gotik. Jendela-jendela tadi tidak bisa dibuka-tutup. Untuk menambah keapikan dari gereja dan bangunan bersejarah di sekitarnya, pada 2001 Badan Pengelola Kawasan Kota Lama BPK2L Semarang membangun Taman Srigunting, sebuah lahan hijau asri seluas 1 ha tepat di sayap timur bangunan Gereja Blenduk. Baca juga Keuskupan Agung Semarang Terapkan Aturan PPKM Level 3 Saat Ibadah Natal Pemerintah Kota Semarang telah menjadikan Gereja Blenduk sebagai obyek wisata penting di ibu kota Jawa Tengah itu. Keunikan bentuk bangunan dan nilai sejarah yang terkandung di dalamnya telah mengundang turis domestik dan mancanegara untuk berkunjung terutama di akhir pekan. Tak hanya itu. Ikatan Arsitek Indonesia Jawa Tengah pun sempat memberi penghargaan pada 2012 untuk kategori bangunan rumah ibadah tempo dulu yang terawat dengan baik. Ketika berkunjung ke tempat ini jangan lupa untuk selalu menerapkan protokol kesehatan dengan memakai masker, mencuci tangan dengan sabun dan air, serta tetap menjaga jarak untuk mencegah penularan virus Covid-19.
Gereja Blenduk Semarang merupakan gereja yang dibangun pada 1753 ini merupakan salah satu landmark di kota lama. Berbeda dari bangunan lain di Kota Lama yang pada umumnya memagari jalan dan tidak menonjolkan bentuk, gedung yang bergaya Neo-Klasik ini justru tampil kontras. Bentuknya lebih menonjol . Lokasi bangunan ini berada di Jalan Letjend Suprapto No 32 Kota Lama Semarang dan bernama Gereja GPIB Immanuel. Bangunan gereja yang sekarang merupakan bangunan setangkup dengan facade tunggal yang secara vertikal terbagi atas tiga bagian. Jumlah lantainya adalah dua buah. Bangunan ini menghadap ke Selatan. Gereja ini masih dipergunakan untuk peribadatan setiap hari Minggu. Di sekitar gereja ini juga terdapat sejumlah bangunan lain dari masa kolonial Belanda seperti Gedung Marba. Bangunan kuno ini juga sering menjadi salah satu tempat untuk foto foto Pre Wedding. Video Gereja Blenduk Jam Ibadah Hari Minggu Gereja Protestan di Indonesia bagian Barat GPIB Jemaat Immanuel Semarang. Jl Letjen Suprapto No 32 Nomor telepon 024 3554271 SMG. Pukul Ibadah I. Pukul Ibadah II, Ibadah pelayanan anak Pastori, Ibadah persekutuan Teruna Pastori. Pukul Ibadah Pemuda. Naamlijst der Predikanten Van Semarang – Pendeta Pendeta GPIB Immanuel. 1. Johannes Wilhelmus Swemmelaar, th 1753 – 1760. 2. David Daniel Van Vianen, 1760-1762. 3. Simon Gideons, 1762-1766. 4. Cornelius Coetzier, 1766-1772. 5. Jonas van Pietersom Ramring, 1767-1770. 6. Johannes Lipsius, 1772-1778. 7. Hermanus Watcher, 1777-1777. 8. Fredericus Montanus, 1778-1814. 9. Gottlob Bruckner, 1814-1816. 10. Dr Diederik Lenting, 1816-1817. 11. Gerardus van den Bijllaardt, 1819-1819. 12. Dr Diederik Lenting, 1819-1820. 13. Gerardus van den Bijllaardt, 1820-1821. 14. Dominicus Anne Marnstra, 1821-1827. 15. Pieter van Laren, 1828-1836. 16. Cornelius Pieter Lammers van Toorenburg, 1836-1860. 17. Johannes Hendrik van Rossum, 1840-1842. 18. Frederik Ulrich van Hengel, 1842-1843. 19. Hendrik Herman Schiff, 1844-1847. 20. Jan Jurrien Scheuer, 1847-1851. 21. Frederic Corneille van der Meer van Kuffeler, 1851-1864. 22. Frederik Ulrich van Hengel, 1860-1871. 23. Pieter Leonard de Gaay Fortman, 1864-1866. 24. Joseph Karel Kam, 1866-1869. 25. Albert van Davelaar, 1869-1873. 26. Barend Johannes Ovink, 1871-1872. 27. Frederik Johan Jacobus Prins, 1872-1875. 28. Caspar Adam Lurens van Troostenburg de Bruijn, 1873-1873. 29. Hendrik Sander Balsem, 1873-1874. 30. Hoijte van Ameijden van Duijm, 1874-1885. 31. Barend Johannes Ovink, 1875-1886. 32. Jan Faber, 1885-1887. 33. IJnze Radersma, 1886-1889. 34. Hoijte van Ameijden van Duijm, 1887-1890. 35. Willem Mallinckrodt, 1889-1891. 36. Dr. Wouterus van Lingen, 1890-1890. 37. Cornelis Rogge, 1892-1894. 38. Abraham Samuel Carpentier Alting, 1895-1897. 39. willem van Griethuijsen, 1895-1897. 40. Dr. Wouterus van Lingen, 1897-1897. 41. Joan Frederik Verhoeff, 1897-1898. 42. Johan Hendrik Christiaan Israel, 1898-1899. 43. Johannes cornelis IJsbrand Bussingh de Vries, 1890-1900. 44. Joan Frederik Verhoeff, 1899-1904. 45. Dr Aart Henri Christiaan van Leeuwen, 1900-1901. 46. Johannes cornelis IJsbrand Bussingh de Vries, 1901-1903. 47. Johan Hendrik Christiaan Israel, 1903-1903. 48. Jean Henri de Vries, 1904-1907. 49. Dr Wouterus van Lingen, 1904-1904. 50. Ari Adama, 1905-1908. 51. Joan Frederik verhoeff, 1907-1909. 52. Tonke pilon, 1908-1910. 53. Evert van Loon, 1909-1910. 54. Richeld Willem Frans Kyftenbelt, 1910-1911. 55. Georg Hennemann, 1910-1911. 56. Johannes Mechtelinus Coops, 1911-1912. 57. Abraham Hagedoorn, 1911-1919. 58. Warner van Griethuijsen, 1912-1914. 59. Jan Brink, 914-1921. 60. Dirk Jacobus Leepel, 1919-1920. 61. Bernardus Johannes Audier, 1920-1922. 62. Johannes Mechtelinus Coops, 1921-1927. 63. Gerrit Jan Reindert Langen, 1922-1928. 64. Johannes Arnoldus Rudolf Terlet, 1927-1929. 65. Gijsbert Cornelis Anton Adrian van den Wijngaard, 1928-1930. 66. Bernardus Matthijs van tangerloo, 1930-1933. 67. Hermanus Sterreng, 1930-1931. 68. Johannes Matthijs Lindeijer, 1931-1934. 69. Karel Frederik Creutzberg, 1933-1934. 70. Jacques Louis Brinkerink, 1934-1934. 71. Cornelius Bastian Boere, 1934-1936. 72. George Willem Cornelis Vunderink, 1935-1941. 73. Wijbrands Gerardus Reddingius, 1935-1940. 74. Karel Frederik Creutzberg, 1936-1940. 75. Johanna Hermina Stegeman, 1940-1941. 76. Floris Egbertus van Leeuwen, 1940-1943. 77. Johan Carel Hamel, 1941-1942. 78. Eppo Smith, 1945-1946. 79. Casper Spoor, 1946-1949. 80. ter Braak, 1947-1949. 81. Eppo Smith, 1949-1954. 82. de Haart, 1954-1960. 83. Richard Polii, 1954-1960. 84. Willem bernard Warouw, 1960-1963. 85. Augustinus Roberth Molle, 1963-1984. 86. Jan Frederick Hattu, 1967-1978. 87. Rein Robert Daada, 1978-1984. 88. Yopie Hukom, Sth, 1984-1988. 89. Theofilus Natumnea, BTh, 1988-1992. 90. Rudolf Andreas Tendean, STh, 1992-1995. 91. Markus Kurami Tumakaka, STh, 1995-1998. 92. Meyer Meindert Pontoh, STh, 1998-2004. 93. Dra Ny M Nanlohy L, 2004-2009. 94. Robert Williem Maarthin 2009-
jadwal ibadah gereja blenduk semarang